Saat ini kerajinan tembaga di desa Tumang telah mencapai puncaknya. Untuk mencapai titik ini tidaklah mudah. Pengarajin harus mengalami pasang surut dan juga berbagai halangan yang tak sedikit. Dari awal dimulainya industri kerajinan tembaga Tumang, pemasaran dilakukan dengan menjual barang hasil kerajinan dengan berkeliling. Bayangkanlah mereka membawa barang dagangan yang berat dan dalam jumlah banyak. Jika pada hari itu tidak laku maka proses produksi pun terhenti. Modal yang digunakan tidak langsung kembali, maka perputaran modal berhenti juga.
Dahulu pengrajin bergerak sebagai produsen sekaligus sebagai distributor, tanpa ada perantara. Perlu diketahui, pada jaman dahulu alat transportasi belumlah semaju dan sebanyak sekarang. Hal tersebut menyebabkan pendistribusian produk kerajian tembaga tidak maksimal. Roda perdagangan hanya bergerak dalam satu wilayah.
Terbatasnya jumlah pasar kala itu juga berpengaruh besar dalam pemasaran. Jaman dahaulu pasar hanya buka setiap lima hari sekali (satu pasr mempunyai waktu untuk buka), menurut hari penanggalan jawa: legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Jadi tidak setiap hari para pengrajin kerajinan tembaga dapat menetap di sebuah lapak di satu pasar, karena hari berikutnya mereka harus berpindah.
Sekarang pengrajin kerajinan tembaga Tumang dapat lebih bernafas lega. Pasar yang ada dihadapan mereka lebih besar, media komunikasi maju dengan pesatnya, perkembangan teknologi berkembang tiap detiknya. Semua kemudahan itu di manfaatkan dengan baik oleh pengrajin kerajinan tembaga Tumang. Sehingga hasil kerja keras mereka selama ini terbayar sudah. Bukti dari hasil kerja keras tersebut tidak hanya dinikmati oleh warga Tumang saja. namun kebesaran nama desa tersebut membawa dampak positif bagi perekonomian dan juga potensi wisata bagi kabupaten Boyolali